Jakarta - Kelumpuhan pada kaki bagi seorang drummer adalah bencana besar. Itulah yang dialami Jimmie Manopo, drummer The Rollies yang populer di masanya. Diagnosa yang diberikan dokter bahwa ia mengidap penyakit diabetes, membuat kaki kanannya harus diamputasi tahun lalu.
“Sedih juga setelah diamputasi, saya kan cari makannya di sini,” tutur Jimmie saat disambangi di kediamannya di Ciputat pada Jumat, 22 April 2022.
Jimmie pernah mengaransemen lagu yang dibawakan oleh Melky Goeslaw dan Diana Nasution sampai mengikuti Asia-Pacific Broadcasting Union (ABU) Song Festivals di New Zealand. Prestasi lainnya ialah lagu yang ia aransemen dinyanyikan oleh Utha Likumahuwa mengikuti ABU Song Festivals di Malaysia.
“Bagi para musisi, karyalah yang membuat bersemangat, semoga saya dapat kembali berkarya lagi,” ujar Jimmie.
Saat ini Jimmie harus menjalani terapi latihan berjalan menggunakan kaki palsu untuk menjaga keseimbangan dan kekuatan kakinya. “Kendalanya kalau kaki palsu kekecilan jadi lecet, kalau sudah lecet berhenti terapinya sampai luka sembuh, karena kalau sudah luka keringnya lama,” jelas Jimmie.
Senada dengan Jimmie, keyboardist, arranger, dan music director Agoes Djumhari juga mengalami kesulitan ekonomi di usianya yang menginjak 63 tahun. Ia sempat dikontrak kerajaan Brunei Darussalam hingga menjadi band Krisdayanti di awal lagu “Menghitung Hari”. Saat ini, ia tinggal serba kekurangan di kontrakannya di daerah Tanah Kusir.
“Karya paling berkesan untuk saya saat membuat aransemen Album Nella Regar tahun 1987, aransemen lagu “Cinta dan Permata” yang dibawakan Panbers, dan saat menjadi director show program Dorce Show,” kenang Agoes.
Masa kejayaan tersebut sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya saat ini. Sekarang kesibukannya bermain organ tunggal dan memberikan les musik berhenti total saat pandemi melanda Indonesia.
Menyadari banyaknya seniman yang memiliki karya gemilang namun hidup kesulitan di masa tua, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) mengadakan program DJKI Peduli. DJKI Peduli ialah salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia Tahun 2022.
Pada kesempatan ini Direktur Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Rahasia Dagang, Yasmon yang datang langsung memberi donasi DJKI Peduli kepada kedua musisi tersebut menyampaikan apresiasi kepada para seniman senior yang telah menghasilkan banyak karya sekaligus memberikan semangat agar para musisi tetap dapat berkarya.
Yasmon mengatakan para seniman yang telah berjasa menghasilkan banyak karya perlu diberi apresiasi dan perhatian. DJKI sebagai instansi pemerintah yang memiliki tugas memberikan pelindungan kekayaan intelektual, berusaha hadir untuk memberi bantuan bagi para seniman maupun kreator.
“Semoga tanda kasih ini dapat membantu. Kami berdoa agar kondisi semakin baik dan tetap semangat sehingga dapat berkarya lagi,” harap Yasmon.
Para musisi mengaku belum ada pemerintah yang datang memberikan perhatian kepada mereka. DJKI Peduli ialah kali pertama bantuan langsung dari pemerintah yang mereka rasakan. Mereka berharap pemerintah terus memberi perhatian pada musisi-musisi yang saat ini mengalami kesulitan ekonomi.
“Terima kasih banyak untuk Menteri Hukum dan HAM dan DJKI yang telah memberi perhatian kepada kami, insan musik Indonesia. Semoga Allah membalas kebaikan ini, semoga ke depannya karya musik Indonesia lebih mendapat tempat,” ucap Agoes. (DES/KAD)